Pages

Friday, October 29, 2010

Studi tur BK-dPr

Beberapa hari yang lalu di salah satu TV swasta, saya menyaksikan salah seorang anggota DPR-RI yang sedang diwawancarai. Topiknya sedang panas: pro-kontra rencana kunjungan-studi Badan Kehormatan (BK) DPR ke Yunani. Saya teringat akan pelajaran PMP di sekolah dasar dulu. “Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos dan crotos yang artinya bla bla bla.” Yunani, negeri para dewa, dan negeri yang disebut-sebut sebagai asal mula demokrasi. Jika mengacu pada hal ini, maka layaklah anggota DPR yang ingin belajar ke sana. Yang membuat saya tergelitik, haruskah ke Yunani? Sepakbola menurut versi sejarah yang saya percayai berasal dari Cina. Ironisnya 2 tahun belakangan ini sepakbola Cina semakin meniru Indonesia, banyak suap dan korupsi. Atau haruskah karena sepakbola berasal dari Cina, kita belajar sepakbola di Cina? Jujur saya kurang mengetahui kondisi demokrasi di Yunani sana. Bahkan jujur saya tidak peduli mau ke mana anggota DPR belajar. Biarlah para anggota DPR itu belajar sambil jalan-jalan. Kalau saya ingat dulupun waktu kuliah saya ikut studi-tur dengan tujuan 90% jalan-jalan, 9% refreshing dan bayar iurannya pakai uang dari orang tua hehe :) Jadi munafik bila saya sekarang menghujat DPR kalo ingin studi-tur ke luar negeri.

Jika seandaianya mereka jadi “jalan-jalan”, marilah kita ingat pepat “makin berisi padi makin menunduk.” Saya ingin melihat sepulangnya dari Yunani kelak, apakah semakin menunduk atau semakin mendongak kepala mereka :)

Jembatan Cibeet, penghubung daerah “di ujung sana”


Pernahkah Anda yang tinggal di kota membayangkan ada suatu tempat yang hanya mempunyai satu jalan akses, itupun kalau bisa disebut “jalan”? Masyarakat di desa Sumpinghayu, sebuah desa di ujung Kabupaten Cilacap adalah sebagian kecil dari masyarakat di daerah sekitarnya yang sangat bersyukur Jembatan Cibeet akhirnya resmi dibuka dan bisa digunakan. Desa Sumpinghayu sendiri terletak di pelosok. Untuk mencapai ke sana dengan mobil harus melewati jalan(?) yang berbatu dan tentunya bergelombang selama kurang lebih 45 menit perjalanan. Jalannya begitu bergoyang sehingga saya sendiri hampir mabuk karena mobil yang saya tumpangi sudah hampir seperti mobil goyang. Banyak keajaiban yang saya lihat di desa Sumpinghayu, seperti tanaman padi di kanan-kiri yang posisi menanamnya miring dan elevasi tanahnya ada di atas permukaan jalan, berjalan di atas saluran yang kanan-kirinya jurang, serta tidak lupa gadis desa yang dengan lugunya menjemur pakaian :)

Kembali ke jembatan, dengan telah dibukanya Jembatan Cibeet yang baru maka ini menjadikan akses menuju ke kota dari desa seperti desa Sumpinghayu dan desa-desa di seberang jembatan menjadi lebih mudah. Jembatan Cibeet yang lama sudah tidak digunakan lagi karena sudah kritis sehingga dengan adanya jembatan baru maka masyarakat akan lebih termudahkan untuk memenuhi kebutuhannya.

Silakan mencoba ke sana karena untuk sampai ke Jembatan Cibeet pun aksesnya mudah. Di jalan raya Majenang-Banjar, tepat di sebelah rumah makan Mergosari ada belokan yang menuju ke Dayeuhluhur. Ikuti saja jalan tersebut dan sekitar 40 menit Anda sudah sampai. Kalau bingung silakan bertanya pada penduduk sekitar :)

Happy touring! :)

Add Image


free counters