Pages

Sunday, June 21, 2009

Haruskah kau mati karenaku?

Kalau Anda membaca judul di atas dengan seksama dan mengira saya salah menempatkan kata 'kau' dan '-ku', itu benar. Salah satu judul lagu dari Ada Band memang seharusnya 'Haruskah ku mati karenamu?', tapi bukan maksud saya untuk membuat lagu saingan. Bukan maksud saya juga membuat lagu balasan buat Doni, juga lagi-lagi bukan maksud saya untuk menjiplak karya Ada Band yang sempat menjadi hits, walaupun saya bukan orang yang terlalu memandang rendah plagiarisme di dalam dunia musik. Lagian, saya juga tidak akan berbicara dunia musik.

Mati demi orang lain
"Aku rela mati demi kamu". "Kalau perlu, hidupku akan kuserahkan untukmu".
Gombal-gombal di atas (perhatian: kata gombal di sini tidak menunjuk pada kain bekas, tetapi bermakna rayuan, kata-kata manis) menunjukkan 1 kesamaan, sama-sama berhubungan dengan hidup. Sebenarnya ada gak sih, orang yang bener-bener mau mengorbankan dirinya buat orang lain, kayak di film-film romantis, kayak di Titanic di mana Jack memberikan papan kepada Rose agar si Rose bisa tiduran di tempat yang kering. Di film lokal misalnya ada Heart, di mana Nirina mau mendonorkan salah satu organ dalamnya agar Acha, cewek yang disukai Irwansyah bisa terus hidup, padahal Nirina sendiri sudah lama memendam rasa sama Irwansyah.

Saya mikir, ah itu kan hanya di film atau sinetron. Kenyataannya banyak orang yang terlalu sayang sama dirinya sendiri sebelum mau mati untuk orang lain. Saya jadi inget banyaknya kasus bapak/ibu bunuh diri setelah menghabisi nyawa keluarganya, atau anaknya gara-gara nggak bisa menghidupi keluarganya itu. Kalo kasusnya kayak gitu, bukankah itu juga salah satu kasus mati demi orang lain? Lebih baik mati daripada hidup susah di dunia. Saya juga sempat beberapa kali mendengar tentang bom bunuh diri. Demi negaranya atau malah agamanya orang-orang itu rela memasang bom di baju mereka terus berjalan ke tengah-tengah banyak orang dan bum!!! Mereka juga merasa mati demi orang lain. Lalu apakah mati demi orang lain itu? Apakah ketulusan atau keputus-asaan?

Ah,.. saya sendiri masih bingung dan kurang sempurna dalam menginterpretasikan makna mati demi orang lain. Bisa saja saya sekarang bilang, "bahkan gue mau nyumbang jantung buat cewek gue kalo emang itu cara satu-satunya". Tapi mungkin ketika hal itu akan terjadi, saya masih bisa nanya sama dokternya, "Dok, apakah ini benar-benar cara satu-satunya? Ataukah dokter sengaja menyarankan ini supaya nanti setelah saya mati dokter bisa pacaran sama cewek saya?" Mungkin ada beberapa dari Anda yang bakal bilang "ah lo ga tau aja, lo kan single", "apaan sih ini, kalo aku sih ga bakal mikir 3x buat ngorbanin hidupku." Plok plok plok..!! Saya merasa salut dengan Anda, karena saya akui saya baru bisa memberikan waktu dan segenap hati saya, belum sampai pada memberikan hidup. Mungkin saya perlu bimbingan dari Anda lain kali.

Satu sisi
Lalu apa yang akan terjadi seandainya ada orang yang ngomong sama anda, "haruskah kau mati karenaku? Wong aku aja gak cinta sama kamu kok." Atau pernahkah Anda berpikir, haruskah orang-orang itu mati karenaku, secara aku belum melakukan apa-apa buat mereka. Lho, egois banget ya? Orang-orang kayak saya pasti bakal dicap kayak gitu sama orang lain, Anda pasti salah satunya. Tapi saya punya argumen haruskah kau mati karenaku, kalau dengan hidup mu kita bisa berjuang bersama? Haruskah kau mati karenaku, kalau kematianmu malah membuatku merasa sendirian? Bukankah ada pujangga yang ngomong ya, kalau selama kita masih hidup masih banyak yang bisa kita lakukan. Bencilah orang lain, tapi jangan pernah membenci diri anda sendiri karena orang lain. Kalau benci sama orang lain, siapa tau itu awal dari cinta. tapi kalo benci sama diri sendiri, jangan sampai itu awal dari cinta pada diri sendiri (kalau orang bilang: narsisss donk!!).

kalo saya bilang sih, membenci orang lain sih gak apa-apa, tapi membenci diri sendiri adalah awal dari keputusasaan yang bisa membawa anda pada kehancuran (sekali lagi ini kata saya lho, mahasiswa Teknik Sipil, jadi kayaknya agak-agak kurang valid). Tapi satu hal yang pasti anda setuju, lebih baik hidup daripada mati, setuju?? Nah daripada ngomongnya mulai ngalor ngidul gak karuan, ada satu pesan dari bang becak, sebelum berbuat apa-apa, tanyain sama diri sendiri, 'haruskah ku mati karenamu?' (lho, endingnya kok jadi Ada Band, padahal judulnya udah agak beda biar nggaya). Yo wes lah daripada nambah bingung... cap cus ngengg..
free counters